Rabu, 07 Desember 2016

TUNARUNGU

Tunarungu atau biasa disebut tuli dan kurang dengar (low of hearing) merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendengar dan berbahasa karena disebabkan oleh kerusakan sebagian maupun keseluruhan alat indera pendengaran (telinga). Seorang anak tunarungu biasanya mengalami tunawicara atau ketidakmampuan dalam berbahasa/mengucapkan kata. Masalah yang kerap kali dihadapi oleh anak tunarungu adalah kesulitan dalam komunikasi, kesulitan belajar, keterbatasan dalam pembinaan keterampilan dan pekerjaan, kehidupan sosial yang terganggu, dan kurang maksimalnya penggunaan waktu terluang.
Anak tunarungu diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe berdasarkan saat terjadinya ketunaan dan berdasarkan letak kerusakan alat pendengaran.

Klasifikasi tunarungu berdasarkan saat terjadinya ketunaan:
1. Tunarungu Prabahasa
Kehilangan pendengaran terjadi sebelum kemampuan bahasa dan bicara berkembang (dari lahir). Anak secara otomatis mengalami keadaan miskin bahasa (tidak mengenali kata) yang berakibat pada terjadinya tunawicara pada anak tersebut.
2. Tunarungu Pasca bahasa
Kehilangan pendengaran terjadi beberapa tahun setelah kemampuan bahasa dan bicara berkembang.

Klasifikasi tunarungu berdasarkan letak kerusakan alat pendengaran:
1. Tipe Konduktif
Kerusakan terjadi pada telinga bagian luar dan tengah, dimana bagian tersebut berfungsi sebagai alat penghantar getaran suara.
2. Tipe Sensorineural
Kerusakan terjadi pada telinga bagian dalam.
3. Tipe Campuran
Kerusakan terjadi pada alat pendengaran secara keseluruhan/rusak total. Selain disebabkan oleh kerusakan pada telinga, ketunarunguan biasanya disebabkan oleh infeksi pada alat pendengaran dan juga akibat ruda paksa (jatuh, kecelakaan, dll).


Kiat-kiat mengajar/menghadapi anak tunarungu (ATR)
a. Ketika berbicara jangan membelakangi ATR
b. ATR duduk di tengah paling depan sehingga dapat dengan mudah membaca bibir guru ketika menjelaskan materi belajar
c. Tempatkan anak di wilayah yang paling dekat dengan guru
d. Perhatikan postur anak
e. Dorong anak untuk selalu memperhatikan guru
f. Berbicara dengan volume suara biasa, tidak terlalu cepat, gerakan bibir jelas
g. Dalam memaparkan materi, perlu dimodifikasi dengan bahasa yang mudah dipahami ATR
h. Guru harus sering memberikan kosa kata pada ATR untuk menghindari/meminimalisir terjadinya miskin bahasa pada ATR
i. Hindari menggunakan metode ceramah, isi dengan metode gambar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar