Minggu, 11 Desember 2016

MANUSIA DAN DUNIA KECIL (MICRO-KOSMOS)

Manusia tidak hanya mengerti akan dunia di luarnya saja yang disebut makro-kosmos, tetapi manusia juga tahu akan dirinya sendiri, ia tidak hanya dapat berpikir tentang dunia, melainkan juga tentang dirinya sendiri. Manusia membedakan dirinya dari dunia dan orang-orang lain, mengalami dirinya sebagai suatu kesatuan yang disebutnya “aku”. Ia sadar akan dirinya sendiri akan “aku”nya sendiri, sadar akan kesadarannya sendiri pula.
Manusia tahu akan apa yang dipikirkannya, dialaminya, dan yang diperbuatnya. Mereka tidak hanya mengerti tetapi mengerti bahwa ia mengerti. Mata, misalnya untuk melihat, tetapi mata tak dapat melihat bahwa ia melihat, telinga tak dapat mendengar bahwa ia mendengar, tetapi manusia dapat mengerti dan tahu akan mengertinya itu, ia dapat giat dan tahu akan kegiatannya sendiri.
Manusia adalah satu dan mengalami dirinya sebagai kesatuan juga. Inilah sebabnya maka manusia sering disebut “mikro-kosmos” atau “dunia kecil”, tidak hanya dalam arti bahwa seluruh kekayaan alam dengan tngkatan-tingkatan kesempurnaannya (benda-benda mati, tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang, dan orang-orang) tersimpul dalam dri manusia dalam satu kesatuan, tetapi terutama karena bertat jiwanya mempunyai suatu dunia-batin yang tertutup. Inti jiwa yang terdalam, dimana ia mengalami dirinya sendiri, sadar akan adanya sendiri, kebebasannya dan kerohaniannya sendiri.
Apabila dunia batin ini diselidiki lebih lanjut, maka ternyata terkandung berbagai gejala, seperti misalnya: kita melihat, mendengar, ingat akan suatu peristiwa yang telah terjadi, menilai, merasa sakit, cinta, benci, dan lain sebagainya. Semua gejala-gejala ini walaupun agak berbeda-beda satu sama lain namun merupakan satu kesatuan juga, karena dipersatukan dalam “aku”. Dalam semua gejala ini, dalam semua perbuatan-perbuatannya dan kegiatannya manusia mengalami dirinya sendiri sebagai aku, sebagai sumber dan pendukung dari segala kegiatannya itu.
Manusia merupakan suatu “dunia kecil (mikro-kosmos)” yang berdiri sendiri (aspek kesatuan, kebatinan, jiwa dengan akal dan kehendak) dan bersama-sama dengan itu juga merupakan bagian dari dunia besar (makro-kosmos) (badan, panca indera, ketidaksatuan). Maka dari itu timbullah usaha untuk mempersatukan kedua dunia itu dengan dirinya, dengan kebatinannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar