Rabu, 07 Desember 2016

APAKAH “MENGERTI” ITU?

Hati manusia mengandung bermacam-macam keinginan, dorongan maupun motivasi. Dalam pelajaran filsafat ini dorongan yang paling banyak meminta perhatian kita adalah “keinginan untuk mengerti”.
Aristoteles dalam bukunya yang bernama “Metaphysica”, ia mengemukakan bahwa "Semua orang menurut kodratnya ingin mengerti". Keinginan ini telah kelihatan pada anak sejak kecil, ia berhajat untuk menyelidiki, meraba-raba, mencoba-coba, ia heran akan segala yang dilihatnya dan apa saja yang hendak ditanyakannya. Dengan bertambah umumnya dan memperhatikan dunia sekelilingnya, atau dengan apa yang terdapat di dalamnya, ia melihat oran lain dan makin mendapati dirinya sendiri sebagai pusat perhatiannya.
Tetapi ia tak hanya “melihat-lihat” saja. Melihat tanaman dan binatang-binatang ia memberikan nama kepadanya. Ia tak puas dengan hanya melihat keadaan dan kejadian-kejadian itu saja. Dengan akalnya ia “mengerjakan” fakta-fakta itu, menggolong-golongkan, menghubung-hubungkan dan menarik kesimpulan daripadanya.
Misalnya dari jurusan awan di langit ia menentukan arah angin dan dari arah angin itu ia dapat menentukan apakahnanti akan jatuh hujan dan sebagainya. Keharusan untuk mencari nafkah dan memperhatikan hidupnya memaksa orang berbuat demikian.
Dengan panca indera, manusia menerima bermacam-macam pengalaman dan kejadian itu, baik di luar maupun di dalam dirinya sendir. Tetap ia tak puas dengan hanya menetapkan kejadian-kejadian (facts) itu, maka pikiran menyusun, mengatur, menghubungkan, mempersatukan bermacam-macam pengalaman itu dan mencoba mencari keterangannya. Dengan perkataan lain, kita tak hanya mengerti bahwa “ini adalah demikian”, melainkan juga ingin mengerti “Mengapa ini memang demikian adanya”. Dan baru dengan demikianlah “mengerti” itu menjadi “pengetahuan”.
Walaupun “pengertian” dan “pengetahuan” pada dasarnya hampir tak berbeda artinya, namun untuk membentuk peristilahan yang tetap dan tepat maka disini dengan sengaja dibedakan antara:
  • Pengertian yang berarti konsep, ide, cita;
  • Pengetahuan yang berarti knowledge, kennis, pemahaman.
Mengerti selalu berarti mengerti tentang sesuatu. Mengertinya itu dari subjek, dan sesuatunya itu dari objek. Subjek giat dalam menangkap objeknya dan objek giat karena memberikan perincian perbuatan mengerti, artinya menentukan apa yang ditangkap oleh subjek itu.
Dalam perbuatan mengerti (the act of knowing) subjek dan objek menjadi satu, tidaklah secara fisis (seperti halnya apabila orang misalnya makan nasi), melainkan secara “tidak fisi” (non-fisis) secara batiniah, secara ideal, artinya dengan perantaraan “idea” atau gambaran batin yang dibentuk oleh pikiran (pengertian) berdasarkan bahan-bahan dari panca-panca indera (tangkapan).




Sumber:
Salam, burhanuddin. 2009. Pengantar Filsafat Cetakan Kedelapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar