Rabu, 07 Desember 2016

APAKAH FILSAFAT/KEBIJAKSANAAN ITU?

A. Pengertian Filsafat
Istilah filsafat sering dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar atau tidak disadari. Filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian hidup (individu), dan dapat juga disebut pandangan hidup (masyarakat). Menurut Henderson: “Philosophy means one’s general view of life of men, of ideals, and of values, in this sense every one has a philosophy of life”.
Filsafat diartikan sebagai interpretasi atau evaluasi terhadap apa yang penting atau yang berarti bagi hidup. Filsafat dianggap sebagai cara berpikir yang kompleks, suatu pandangan atau teori yang tidak memiliki kegunaan praktis.
Filsafat dapat dipelajari secara akademik, diartikan sebagai suatu pandangan yang kritis yang sedalam-dalamnya sampai ke akar-akarnya mengenai segala sesuatu yang ada. Harold H. Titus mengemukakan pengertian filsafat dalam arti sempit dan dalam arti yang luas. Dalam arti sempit, filsafat diartikan sebagai suatu ilmu yang berhubungan dengan metode logis atau analisis logika bahasa dan makna-makna, filsafat diartikan sebagai “Science of science”, dimana tugas utamanya memberikan analisis kritis terhadap asumsi-asumsi dan konsep-konsep ilmu, dan mengadakan sistematisasi atau pengorganisasian pengetahuan. Dalam pengertian yang lebih luas, filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan manusia dari berbagai lapangan pengalaman manusia yang berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif tentang alam semesta, hidup dan makna hidup.
Jadi berdasarkan pada pengertian filsafat tersebut dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan atau kearifan. Kearifan merupakan buah pikiran yang dihasilkan filsafat dari usaha mencari saling hubungan antara pengetahuan-pengetahuan, dan menemukan implikasinya, baik yang terpusat maupun yang tersirat.


B. Ciri-ciri Filsafat
Berfilsafat adalah berpikir, namun tidak semua berpikir adalah berfilsafat. Berpikir dapat dikatakan berfilsafat apabila berpikir tersebut memiliki tiga ciri utama, yaitu radikal, sistematik, dan universal.
1. Berpikir radikal
Berpikir radikal artinya berpikir sampai ke akr-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir. Berpikir itu tidak separo-separo, tidak berhenti di jalan, tetapi terus sampai ke ujungnya.
2. Berpikir sistematis
Berpikir sistematis artinya berpikir logis, yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran, dengan urutan yang bertanggung jawab dan saling berhubungan yang teratur.
3. Berpikir universal
Berpikir universal artinya berpikir khusus, terbatas pada bagian-bagian tertentu, namun mencakup secara keseluruhan.

Filsafat/kebijaksanaan adalah lebih dari pengetahuan ilmiah belaka. Seseorang mungkin disebut bijaksana, padahal sama sekali tidak terpelajar, bukan ahli ilmu pengetahuan. Seseorang dapat disebut bijaksana apabila:
1. Ia mempunyai pengertian yang mendalam mengenai arti dan nilai
2. Ia mendasarkan pendapat dan pandangannya tidak atas pertimbangan-pertimbangan yang dangkal saja, tetapi melihat, merasa, memperhatikan arti yang terdalam daripada semuanya.


C. Objek dan Sudut Pandangan Filsafat
Seperti halnya pengetahuan, maka filsafat pun dapat ditentukan objek formalnya (lapangannya) dan objek materialnya (sudut pandangnya). Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang dipermasalahkan oleh filsafat.
Segala sesuatu yang ada di alam menjadi masalah filsafat, bukan mengkhusus tetapi menyeluruh, maka aspirasi filsafat itu ialah mengunifikasi artinya dapat melihat segala sesuatu dalam konteks keseluruhan. Jadi jelaslah bahwa filsafat itu dinamakan ilmu pengetahuan, objek materialnya tidaklah terbatas. Seluruh realita dipandangnya sebagai ada, lalu dicarilah prinsip-prinsip dasar dari yang ada, yang merupakan syarat-syarat untuk berada.
Adapun mengenai objek formal (sudut pandangan) filsafat itu dapatlah dikatakan bersifat non-fragmentaris, karena filsafat mencari pengertian realita secara luas dan mendalam. Sebagai konsekuensi pemikiran ini, maka seluruh pengalaman-pengalaman manusia dalam semua instansi: Etika, estetika, teknik, ekonomi, sosial, budaya, religius dan lain-lain haruslah dibawa kepada filsafat dalam pengertian realita. Dalam hal ini pemikiran filsafat menuntut bahwa seorang ahli filsafat adalah seorang pribadi yang berkembang secara harmonis dan memiliki pengalaman-pengalaman secara authentik yang diperolehnya dalam dunia realita. Jadi objek formal (sudut pandangan) filsafat itu bersifat mengasaskan atau berprinsip dan oleh karena mengasas, maka filsafat itu mengkonstatir prinsip-prinsip kebenaran dan ketidakbenaran.


Sumber:
Bakhtiar, amsal. 2010. Filsafat Ilmu Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers. 
Salam, burhanuddin. 2009. Pengantar Filsafat Cetakan Kedelapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar