Jumat, 16 Desember 2016

ALIRAN-ALIRAN METAFISIKA MENURUT HASBULLAH BAKRY

Hasbullah Bakry membagi metafisika ke dalam dua golongan, yaitu ontologi dan teologi. Dalam persoalan ontologi, orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang sudah dihadapkan pada adanya dua kenyataan, yaitu kenyataan yang berupa materi (kebendaan) dan kenyataan yang berupa rohani kejiwaan. Selanjutnya ontologi mempersoalkan bagimanakah hakikat dan hubungan antara dua kenyataan itu?
Dari persoalan tersebut Hasbullah Bakry berpendapat akan timbul empat aliran dalam filsafat metafisika, yaitu sebagai berikut.
1. Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa wujud ini terdiri atas dua hakikat sebagai sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani. Kedua hakikat itu masing-masing azali dan abadi. Kaitan anatara keduanya itulah yang menciptakan kehidupan dalam alam ini. Contoh yang paling jelas adanya kerja sama kedua hakikat ini adalah dalam diri manusia. Kedua hakikat itu dengna istilah “dunia kesadaran” dan “dunia ruang”. Tokoh dari aliran dualisme adalah Descartes.
2. Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa yang ada hanyalah materi. Adapun segala sesuatu yang lainnya berupa jiwa atau roh tidak merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Jiwa atau roh itu menurut paham materialisme hanyalah sebagai akibat dari proses gerakan kebendaan dengan salah satu cara tertentu.
3. Idealisme
Aliran idealisme dinamakan juga spiritualisme. Idealisme berarti serba-cita, sedangkan spiritualisme berarti serba-roh. Aliran ini menganggap bahwa hakikat kenyataan yang beraneka warna ini semua berasal dari roh atau yang sejenis dengan itu. Pokoknya sesuatu yang tidak berbentuk dan materi atau zat itu hanyalah suatu dari jenis penjelmaan rohani.
4. Agnosticisme
Secara sederhana aliran ini adalah mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat seperti yang dikehendaki oleh ilmu metafisika. Baik hakikat materi ataupun hakikat rohani.





Sumber:
Bakry, Hasbullah. 1986. Sistematik Filsafat Cetakan Kedelapan. Jakarta: Wijaya.

1 komentar: