Rabu, 07 Desember 2016

KEMAJUAN ILMU DAN KRISIS KEMANUSIAAN

Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, tetapi kenyataannya teknologi telah menimbulkan keresahan dan ketakutan baru bagi kehidupan manusia. Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula untuk memudahkan urusan manusia, ketika urusan itu semakin mudah, maka muncul “kesepian” dan “keterasingan baru” yakni lunturnya rasa solidaritas, kebersamaan dan silaturrahim. Contohnya penemuan posel pintar telah mengakibatkan kita terlena dengan dunia komunikasi yang serba cepat. Ponsel kemudian menjadi teman setia, bahkan kita cenderung lebih memperhatikan apa yang ada dalam ponsel daripada keadaandi sekitar kita.
Bayangkan hampir tiap detik dalam kegiatan harian kita, tidak terlepas dari kecenderungan memakai ponsel. Misalnya dalam perjalanan kita menuju sekolah, di dalam angkutan umum, halte, jalanan mata kita selalu terpaku pada satu benda kecil nan canggih “katanya” yang bernama ponsel. Mengabaikan segala momen-momen yang ada di sekeliling kita, acuh pada orang lain yang “mungkin” sangat membutuhkan kepekaan serta empati dari kita. Akibatnya, hubungan antara anggota masyarakat semakin renggang karena satu sama lain asyik dan sibuk dengan layar ponselnya masing-masing.
Ternyata kemajuan ilmu serta teknologi mampu membius manusia untuk tunduk pada suatu benda atau piranti buatan manusia. Jika manusia tidak segera menyadarinya, maka ia akan kesepian dan kehilangan sesuatu yang amat penting dalam kehidupannya, yakni kebersamaan, solidaritas, kehangatan bersosialisasi, dan lain sebagainya.
Krisis kemanusiaan tidak hanya terjadi akibat teknologi maju, tetapi juga akibat dari kecenderungan, ideologi, dan gagasan yang tidak utuh. Contohnya ide dan gerakan emansipasi yang dikumandangkan oleh para penggerak feminisme, yang mendorong agar wanita diberi kesempatan yang sama di area publik dengan laki-laki. Ksempatan ini kemudian ternyata dimanfaatkan oleh perusahaan padat karta dengan merekrut pekerja perempuan lebih banyak dibandingkan pekerja laki-laki. Perusahaan lebih banyak merekrtu pekerja perempuan dengan pertimbangan lebih rapi, lebih rendah gajinya, lebih mudah diatur, dan tidak merepotkan perusahaan.
Akibatnya, kaum laki-laki susah mendapatkan pekerjaan dan implikasi lebih lanjut rumah tangga menjadi berantakan karena perempuan merasa lebih hebat daripada laki-laki. Di sisi lain, laki-laki yang menganggur akan berbuat apa saja untuk mendapatkan uang, seperti merampok dan mencuri sehingga angka kriminalitas semakin meningkat.
Sebelum penemuan teknologi maju, manusia terpenjara atauditentukan oleh alam dan Tuhan, maka setelah kemajuan teknologi, manusia terpenjara oleh teknologi itu sendiri. Artinya bertambah majunya teknologi bertambah banyak pula aspek yang memenjarakan manusia. Dalam konteks inilah manusia perlu disadarkan dari penjara yang bernama teknologi. Mereka harus sadar bahwa teknologi bukan tujuan, tetapi sekadar sarana untuk memudahkan urusan.
Jika kita tidak mau kehilangan eksistensi kemanusiaan dan terhindar dari krisis kemanusiaan, maka kita harus berjuang untuk membebaskan diri dari kungkungan teknologi kembali pada eksistensi awal, yakni manusia yang kreatif dan dinamis. Penyadaran terhadap bahya yang begitu besar bagi kemanusiaan perlu terus dikumandangkan, terutama kepada penguasa yang memiliki otoritas dalam mengambil kebijakan. Etika global perlu dirumuskan bersama karena krisis akibat teknologi tidak hanya berdampak untuk negara tertentu, tetapi mencakup semua negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar