Senin, 10 Oktober 2016

HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN PENDIDIKAN

Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu sedangkan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Filsafat merupakan ilmu yang menyelami dengan sungguh-sungguh akan hakikat kebenaran sesuatu. Dalam berfilsafat kita cenderung didorong untuk mengetahui apa yang telah tahu dan apa yang belum tahu. Pada prinsipnya berfilsafat bukan hanya ditujukan untuk memahami hal-hal yang belum diketahui saja, tetapi berfilsafat pun dapat dilakukan pada hal-hal yang sebelumnya memang sudah diketahui. Dengan berfilsafat maka akan didapatkan kebenaran yang mendalam dengan tanpa mengingkari aspek keilmuan. Berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah dijangkau.
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh. Maksudnya dalam membahas sesuatu, dengan berfilsafat kebenaran ilmu tidak hanya ditinjau dari segi yang bisa terlihat oleh manusia saja, akan tetapi mencakup segala aspek hidup manusia. Jika diibaratkan seperti mengamati gunung es, kita hanya mampu melihat bongkahan es yang berada di permukaannya saja. Dengan filsafat kita diajak untuk mencoba menyelami sampai ke bagian dalam (dasar) dari gunung es tersebut untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan yang kritis.

Sedangkan pendidikan merupakan salah satu dari bidang ilmu yang memiliki arti memanusiakan manusia. Pendidikan pun dapat diartikan sebagai suatu cara atau proses yang dilakukan sebagai upaya untuk pengembangan kompetensi dan pengetahuan seseorang dengan berbagai metode dan sistematika tertentu. Pendidikan dapat diberikan pada seluruh kalangan usia, tidak memandang gender maupun suku ras, semua manusia berhak bahkan wajib untuk mengenyam pendidikan.
Pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat. Filsafat merupakan ilmu yang tertua dan menjadi induk ilmu pengetahuan yang lain. Sebagaimana diungkapkan oleh John S. Brubacher sebagai berikut:

“Philosophy was, as its eymologv from the Greek words Pilos and Sopia, suggest love of wisdom or learning. More over, it was lo’e of learning in general, it subsumed under one, heading what to day we call scince ‘as well as what we now call philospohy It is for the reason that philosophy is often referred to us the mother as well as. the qreen of the, scince”.

Artinya:
”Filsafat berasal dan perkataan Yunani yaitu ‘Philos dari Sopia yang berarti rinto kebijaksanaan atau belajar. Lebih dan itu dapat diartikan cinta belajar pada umumnnya termasuk dalam suatu ilmu yang kita sebut sekarang dengan. filsafat. Untuk alasan inilah maka sering dikatakan bahwa filsafat adalah induk atau ratu ilmu pengetahuan”.

Hubungan antara filsafat dengan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu logika formal yang dibangun atas prinsip koherensi dan juga logika dialektis yang dibangun atas prinsip menerima dan memperbolehkan kontradiksi. Hubungan interaktif antara filsafat dengan pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan hasil pemikiran serta perenungan secara mendalam hingga akar-akarnya mengenai pendidikan.
Filsafat pendidikan Esesialis bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad-abad lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, maksudnya kebenaran ini merupakan kebudayaan klasik yang muncul pada zaman Romawi yang menggunakan buku-buku klasik ditulis dengan bahasa latin dikenal dengan nama Great Book. pelajaran dibuat sangat berstruktur, dengan materi pelajaran berupa warisan kebudayaan, yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga mempercepat kebiasaan berpikir efektif, pengajaran terpusat pada guru.
Filsafat pendidikan Perenialis bahwa kebenaran pada wahyu Tuhan. Tentang bagaimana cara menumbuhkan kebenaran itu pada diri peserta didik dalam proses belajar mengajar tidaklah jauh berbeda antara esensialis dengan peenialis. Proses pendidikan meraka sama-sama tradisional.
Filsafat pendidikan Progresivis mempunyai jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah, dan perbuatan nyata. Menurut filsafat ini tidak ada tujuan serta kebenaran yang pasti. Tujuan dan kebenaran itu bersifat relatif, apa yang sekarang dipandang benar karena dituju dalam kehidupan, tahun depan belum tentu masih tetap benar. Ukuran kebenaan adalah yang berguna bagi kehidupan manusia hari ini. yang dipentingkan dalam pendidikan adalah mengembangan peserta didik untuk bisa berpikir, yaitu bagaimana berpikir yang baik.
Filsafat pendidikan Rekonstruksionis merupakan variasi dari Progresivisme, yang menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki. Meraka bercita-cita mengkonstuksi kembali kehidupan manusia secara total. Ini berupaya merombak tata susunan kehidupan masyarakat lama dan membangun tata susunan hidup yang baru sekali, melalui lembaga dan proses pendidikan.
Filsafat pendidikan Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adalah eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri. Manusia adalah bebas, akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan komitmennya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar